Makalah Patron-Klien



                                

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan masyarakat tentu akan terwujud beragam pola atau bentuk hubungan (relasi). Hubungan-hubungan tersebut terjadi dan terjalin sedemikian rupa di kalangan masyarakat sehingga terus berlangsung dan tak pernah berhenti. Salah satu relasi yang dipelajari dalam matakuliah sosiologi pertanian adalah hubungan patron-klien atau di Indonesia lazim disebut sebagai hubungan bapak-anak buah atau inuk semang-anak buah.
Istilah “patron” berasal dari ungkapan bahasa Spanyol yang secara etimologis berarti seseorang yang memiliki kekuasaan (power), status, wewenang dan pengaruh (Usman, 2004). Sedangkan klien berarti “bawahan” atau orang yang diperintah dan yang disuruh. Selanjutnya pola hubungan patron-klien merupakan aliansi dari dua kelompok komunitas atau individu yang tidak sederajat, baaik dari segi status, kekuasaan, maupun penghasilan, sehingga menempatkan klien dalam kedudukan yang lebih rendah (inferior), dan patron dalam kedudukan yang lebih tinggi (superior).
Hubungan patron-klien merupakan hubungan yang terjalin antara dua orang atau lebih, dimana dalam hubungan tersebut salah satu orang tersebut mempunyai kedudukan yang lebih tinggi, sehingga dia dapat menggunakan kedudukannya untuk memberikan perlindungan terhadap pihak lain yang statusnya lebih rendah.
Menurut James Scott (1993), hubungan patron-klien berawal dari adanya pemberian barang atau jasa yang dapat dalam berbagai bentuk yang sangat berguna atau diperlukan oleh salah satu, bagi pihak yang menerima barang atau jasa tersebut berkewaiban untuk membalas pemberian tersebut.
Dalam praktikum ini, patron adalah sebutan untuk pedagang/toke, yaitu seseorang yang mempunyai tingkat ekonomi yang lebih tinggi. Sehingga dapat memberikan bantuan sekaligus dapat memberikan sumber daya/modal kepada para petani yang merupakan anggotanya. Sedangkan, klien adalah sebutan untuk petani yang melakukan kegiatan pertanian yang membutuhkan bantuan pedagang/toke dalam hal pemasaran.
1.2 Permasalahan
1. Bagaimana hubungan patron-klien yang terjadi antara pedagang/tauke dengan petani tanaman pangan (Singkong) di Desa Maharatu, Kec. Marpoyan Damai, Kota Madya Pekanbaru?
2. Apa permasalahan yang terjadi dalam hubungan patron-klien antara pedagang/tauke dengan petani tanaman pangan (Singkong) di Desa Maharatu, Kec. Marpoyan Damai, Kota Madya Pekanbaru?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat melihat secara langsung hubungan patron-klien dalam masyarakat tani.
2. Mahasiswa dapat melakukan interaksi sosial dengan masyarakat tani secara langsung dan melihat kehidupan sosial ekonomi masyarakat tani.
3. Mahasiswa praktik membuat kuisioner, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat laporan praktikum sederhana.





BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Hubungan Patron-Klien Antara Pedagang/Tauke dengan Petani
Pada pratikum kali ini Penulis melakukan survey kedua tempat yang berbeda, yaitu desa yang terletak di Siak Hulu Rt/Rw 02/08 dan desa yang terletak di pantai raja dengan Rt/Rw 001/001. Dari survey kali ini, Penulis menemukan ada terjadi hubungan patron klien anatra petani tanaman singkong dengan pedagang yang membeli. Itu tampak dalam hubungan mereka yang mau meminjamkan uang untuk kelangsungan petani memperbaiki atau mengolah tanaman singkong dari mulai penanaman sampai ke hasil panen. Dalam penelitian ini, Penulis menemukan cenderung patron klien meminjamkan uang masih dalam lingkung karena petani meminjam menggunakan alasan untuk membeli bibit atau pupuk, yang jelas berkaitan dengan tanaman yang mereka tanam. Tidak ada keberatan tauke untuk memberikan pinjaman tersebut, karena tauke sudah mengenal petani akibat transaksi pembelian hasil panen dari petani yang telah berjalan hampir 5-7 tahun.
Petani singkong ini terhitung lama dalam masa panennya, karena butuh waktu untuk menunggu yaitu dari 6-10 bulan hasil terbaik. Hasil yang biasa diberikan kepada tauke yaitu lebih kurang 45-50 kg untuk lahan yang luasnya 1 ½ hektar. Dan untuk lahan yang 1 hektar biasanya 30-40 hektar. Dan yang ½ hektar hanya 15-20 kg. Transaksi dalam petani singkong dan tauke yaitu dengan menggunakan system, pembayaran setengah di awal muka dan setengah lagi sesuai hasilnya ketika panen. Pemberian uang dimuka ini membantu petani untuk membeli kebutuhan dalam menanam singkong beberapa bulan ke depan, sehingga jarang melakukan peminjaman uang. Peminjaman uang dari petani ke tauke, jika terjadi kenaikan harga yang tidak menentu.
2.2 Permasalahan yang Terjadi dalam Hubungan Patron-Klien Antara Pedagang/Tauke dengan Petani
A. Masalah Ekonomi
Petani pada umumnya tetap menerima harga yang ditentukan dari tauke mereka sendiri, tetapi petani selama transaksi dengan tauke masih dalam batas yang tidak merugikan, tauke singkong tidak pernah membeli singkong dengan harga dibawah modal yang petani keluarkan untuk penanaman, mungkin ini karena bibit singkong tidaklah terlalu mahal dan perawatannya tergolong mudah. Jikapun tauke membeli dengan harga yang rendah akibat sedang banyak tanaman singkong, petani tetap menerima keuntungan walaupun keuntungan tersebut sedikit dari biasanya.
Pada tauke dan petani singkong yang terlihat dalam sampel 1 dan 1a, 1b terlihat petani tidak punya kendala dengan system tauke mereka, karena tauke mereka membayar di muka sebagian dan sebagian lagi melihat ketika hasil panen tiba, sehingga mereka terbantu untuk membeli barang-barang yang dibutuhkan dalam penanaman singkong ini. sedangkan pada tauke dan petani dengan sampel 2 dan 2a, terlihat ketidakpuasan petani dalam transaksi hasil panen, karena hasil panen dari petani tidak sepenuhnya dibeli oleh tauke, sehingga petani perlu menjajakan hasil panennya kembali ke pasar dengan transportasi atau melayani pembeli yang datang langsung kelahan petani. Dalam sisitem ini, petani akan mendapatkan uang setelah singkong laku terjual di tangan tauke atau pedagang pengumpul.

B. Masalah Sosial-Budaya
Berkaitan dengan social budaya yang terjadi antara tauke dan petani singkong dalam penelitian Penulis, Penulis menemukan dua hal yang berbeda, dalam kasusu tauke sampel pertama, petani royal menjual hasil panennya terhadap tauke, ini dikarenakan system pembayaran dari tauke yang mereka senangi dan pemesanan tetap yang tauke terapkan dala pembelian berlangsung selama bertahun-tahun. Sehingga petani telah mengenal tauke tersebut.
Sedangkan pada sampel tauke dan petani yang kedua, terjadi perebdaan system transaksi, sehingga petani merasa transaksi tidak jelas dan petanipun perlu menjajakan kembali hasil panennya ke pasar ketika tauke tidak membeli semua hasil panennya. Tetapi hasil yang dijajakan ke pasar tradisional tidaklah sebayak yang tauke beli awalnya. Pembayaran yang tidak jelas juga diterima oleh petani, sisitemnya yaitu ketika singkong habis terjual dari tangan tauke barulah pembayaran dengan petani dilunasi, sehingga butuh beberapa hari untuk menunggu.












BAB III
PENUTUP
2.2 Kesimpulan
Dari hasil penelitian pratikum di dua desa ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa, hubungan patron klien pada sampel pertama berjalan positif, sedangkan pada sampel yang kedua, terjadinya hubungan yang negative atau bisa dikatakan menyimpang dari patron klien yang sebenarnya.
Pada sampel pertama, pemesanan singkong oleh tauke untuk pengolahan kripik singkong berjalan stabbil dari tahun ke tahun dan tauke selalu membayar tidak pernah di bawah harga modal yang digunakan, tauke sampel pertama menghargai jerih payah petani dengan cara seperti ini, walaupun ketika harga singkong sedang anjlok turun, tauke tetap membeli dengan harga di atas harga modal yang digunakan sedikit.
Kemudian pada sampel yang kedua, adanya peyimpangan dari hubungan patron klien itu sendiri, karena petani masih menjual hasil panen ke pasar dan kepada konsumen yang langsung datang ke lahan untuk membeli hasil panen, kemudian pedagang pengumpul membeli dalam jumlah yang tidak selalu stabil. Sehingga terkadang masih ada singkong yang berlebih di lahan panen, ini yang menyebabkan petani menjual ke pasar dank e konsumen yang datang ke lahan langsung.
2.3 Saran
Menurut hasil penelitian dari Penulis, sebaiknya perlu adanya penataan kembali dari segi system pemasaran dari petani singkong yang ada pada sampel kedua. Kemudian perlu adanya kedekatan kembali antara sampel tauke 2 dan petani 2a.



DAFTAR PUSTAKA


Anonim. _______. Patron Klien. http://www.scribd.com. Diakses pada tanggal 28 April 2012
Kausar, Roza Yulida, dan Arifudin. 2012. Penuntun Praktikum Sosiologi Pertanian. Pekanbaru: Lab. Komunikasi dan Sosiologi, Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Riau.
Soekanto, Soerjono. 1995. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo













LAMPIRAN

A. Kuisioner Hubungan Patron-Klien yang Pertama


KUISIONER HUBUNGAN PATRON-KLIEN PETANI DAN PEDAGANG/TAUKE
No. sampel : 1
Tgl. Survey : 27 april 2012
Kecamatan : Pantai Raja
Desa/kel :
RT/RW :001/001
A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama : Nelmawati
2. Jenis Kelamin : Wanita
3. Umur : 43 Tahun
4. Pendidikan Formal : SD
5. Pekerjaan Tetap : Tauke
6. Jumlah Petani Yang Menjual Singkong ke Tauke : 4 orang petani
7. Pengalaman Berusaha (Tauke) : 7 tahun
8. Pekerjaan Sampingan : membuka warung harian
9. Identitas Anggota Keluarga Lainnya :
No. Nama Jenis Kelamin Umur (thn) Hubungan dengan kepala rumah tangga
1. Anto Laki-laki 47 Suami
2. Lili Perempuan 21 Anak
3. Bagus Laki-laki 18 Anak
4. Gempu Laki-laki 15 Anak

B. SALURAN PEMASARAN SAYUR POLA SWADAYA
1. Tanggapan Bapak/Ibu terhadap petani sayur tempat bapak menjual hasil panen:
• Petani selalu tepat waktu menjual hasil panen singkong ke saya.
2. Tanggapan Bapak/Ibu terhadap koperasi:
• Saya tidak mengerti dengan koperasi, jadi lebih baik menghutang kepada saudara saya saja. Jika kepada saudara, kita mau bayar kapan saja bisa.
3. tanggapan Bapak/Ibu terhadap kelompok tani tanaman pangan swadaya:
• Kalau saya melihat, bantuan itu tidak tepat kepada orangnya, ada teman saya yang sangat membutuhkan justru tidak dapat. Padahal dia anggota.
4. Apakah penetapan harga singkong tersebut berdasarkan kesepakatan Bapak/Ibu dengan petani atau mengikuti harga yang ditetapkan oleh pedagang pengumpul lainnya?
• Saya akan menawarkan harga dulu, jika dibawah pendapatan modal, saya tinggikan sedikit. Yang penting jangan sampai di bawah modal yang petani gunakan.
5. Tempat pemasaran singkong yang biasa Bapak/Ibu lakukan adalah?
a. pedagang besar : pembuatan panganan dari singkong (kerupuk singkong)
b. konsumen : pasar dan saya jual sendiri di warung.
alasannya pemilihan tempat memasarkan singkong: karena mereka yang biasa beli rutin.
6. Berapa rata-rata banyak sayur yang akan bapak setorkan ke pedagang besar:
Lembaga Jumlah
a. Pedagang pengumpul/besar : 45-50 kg
b. Konsumen akhir : 15 kg
7.Apakah ada kriteria tertentu yang Bapak/Ibu tetapkan kepada singkong yang akan dijual oleh petani?
Jika ada, jelaskan kriteria itu seperti apa dan bagaimana penetapan harga pada tiap criteria singkong yang berbeda?
Petani singkong yang saya datangi biasanya punya hasil singkong yang besar-besar, jadi tidak perlu ada peraturan lagi.
8. Apakah ada ketetapan dari bapak jumlah minimal banyak Singkong yang akan dijual oleh petani maupun pedagang pengumpul? Ya/Tidak
Jika iya apa alasannya,.
• Iya, karena stok yang diperlukan harus sesuai
9. Bagaimana sistem pembayaran yang Bapak/Ibu lakukan dalam pembelian/pengambilan singkong dari petani?
• Saya biasanya bayar di awal dulu. Ketika pertama kali kenal, saya bayarnya saat mengambil singkong. Tapi sekarang saya kasih uang dulu setengah, saya bilang minta sekian kilo, beberapa bulan lagi kalau sudah panen saya ambil singkong, dan baru saya lunasi yang setengah lagi.
10. Berapa frekuensi penyetoran singkong yang bapak lakukan?
• 6 bulan sekali.
• Alasannya: karena singkong yang benar benar bagus itu ketika sudah berumur 5 bulan.
11.Tenaga kerja yang digunakan?
• tetap (jumlahnya 2 orang)
• alasannya: tenaga untuk mengangkut
12. Berapa rata-rata jumlah tenaga kerja yangn bapak gunakan untuk setiap kali pengangkutan singkong dari petani hingga ke tempat penjualan?
• 2 orang
Dibayar Alasan
perbulan : karena itu kesepakatannya
14. Besarnya gaji yang didapat untuk setiap pekerja/orang dalam setiap kali pemasaran/ pengangkutan singkong (setiap kali pengangkutan)
• Perbulan : Rp100.000/anggota
C. HUBUNGAN PATRON-KLIEN(TAUKE-PETANI SAYUR)
1. Bagaimana awal mula terjadinya penjualan antara bepak dengan petani sayur?
• Yang membuat kerupuk singkong itu masih saudara saya, jadi saya disuruh mencari petani singkong. Ketemunya di lahan petani, dikasih tahu dari masyarakat.
2. apa ada kontrak kerja dengan petani secara tertulis ( petani harus menjualnya sayurnya kepada bapak)
• Kontraknya hanya lewat mulut, kasih uang dulu setengah, setengahnya lagi kalau sudah panen.
3. jika petani terdesak uang apa bapak mau membantu meminjamkan uang
• Iya,mau memberi pinjaman karena petani sangat membutuhkannya, kalau tidak dibantu, jika masih berhubungan dengan pengelolaan tanaman singkong.
5. bagaimana sistem pembayaran yang dilakukan
• Seperti yang saya katakana tadi, setengah di awal, setengah lagi jika sudah panen.
6. Bantuan/pinjaman apa saja yang bapak berikan kepada petani sayur yang , menjual sayurnya ke bapak?
a. bantuan/pinjaman untuk pendidikan : tidak ada
b. bantuan/pinjaman untuk pupuk : tidak ada
c. bantuan/pinjaman uang : ada
d.bonus THR :ada seperti makanan ketika hari besar.
7. Dengan diberikan bantuan/pinjaman kepada petani, maka dengan demikian petani diharuskan menjual singkongnya kepada bapak? Ya/Tidak. Jika ya, tetapi ternyata petani tidak menjual sayurnya kepada bapak konsekwensinya, bagaimana
• Saya memberi pinjam uang jika ada hubungannya dengan kekurangan uang untuk membeli pupuk atau bibit misalnya. Petani akan menjual kepada saya, jelas karena saya kan sudah memesan ketika awal sebelum menanam.
8. untuk mengikat atau menarik minat petani agar tetap menjual sayur kepada bapak, apa saja langkah-langkah yyang bapak lakukan
• Hem, saya hanya memberika uang setengah di awal itu gunanya untuk petani agar mampu membeli kebutuhan dalam menananm singkong yang saya pesan untuk beberapa bulan ke depan. Dan saya ketika panen, bertanya dahulu berapa uang yang sepantasnya saya beri kepada petani, jika memang pas di biaya modal saja, saya ya tidak mau. Paling tidak ada biaya jerih payah mereka. Kita harus beri hak mereka, jangan menzalimi.


















KUISIONER
HUBUNGAN PATRON-KLIENPETANI
DAN PEDAGANG (TAUKE)
No. Sampel : 1a
Tgl Survey : 27 April 2012
Kecamatan : Pantai Raja
Desa/Kel :
RT/RW : 001/ 001

A. IDENTITAS RESPONDEN
1.Nama : Jokirman
2.Jenis Kelamin : Laki-laki
3.Umur : 59 Tahun
4.Pendidikan formal : SD
5.Pekerjaan Tetap : Tani
6.Luas Lahan Kebun Sayuran : 1 ½ hektar
7.Pengalaman Berusaha Tani Sayuran : 7 tahun
8.Pekerjaan Sampingan : -
9.Identitas anggota keluarga lainnya :
No. Nama Jenis Kelamin Umur (thn) Hubungan dengan kepala rumah tangga
1 Sumiati Perempuan 54 Istri
2 Dewanti Perempuan 30 Anak
3 Irfan Laki-laki 28 Anak
4 Yuni Perempuan 25 Anak

B. SALURAN PEMASARAN SAYURAN POLA SWADAYA
1. Tahun berapa bapak mulai menanam sayuran?
Tahun 2005
2. Modal awal pembukaan tanaman sayuran ?
Modal pertama pinjam dengan orang tua, sebenarnya malu, ya tapi bagaimana lagi. Modal usaha pertama tidak apa-apa, karena belum punya kenalan disini.
3. Jenis bibit yang digunakan waktu penanaman awal ?
Ya beli dari teman, teman juga ada yang menanam singkong juga, tidak jauh dari sini.
4. Umur tanaman sayuran ?
Sebanarnya dari 6-10 bulan baru bisa di panen, tapi kalau butuh cepat, kadang-kadang 6 bulan sudah panen.
5. Berapa kali dalam setahun bapak melakukan panen sayuran?
Ya Cuma bisa dua kali.
6. Bagaimana sistem penimbangan sayuran yang bapak lakukan ?
Setiap kali panen, ya ditimbang.
7. Tenaga kerja panen yang bapak gunakan ?
Tenaga kerja Alasan
a. Dalam keluarga (yaitu istri dan anak): tidak punya uang jika menyewa tenaga kerja. Lebih baik sama keluarga saja, istri dan anak-anak.
8. Tanggapan bapak terhadap Tauke Sayuran tempat bapak menjual hasil panen ? ibu Nelmawati baik, beliau tahu memperlakukan kami dengan baik.
9. Tanggapan bapak petani terhadap koperasi ?
Saya tidak berani pinjam uang dengan koperasi.
10. Tanggapan bapak terhadap kelompok tani sayuran ?
Saya masuk kelompok tani, tapi tidak pernah dapat bantuan.
11. Apa ada kontrak kerja dengan Tauke secara tertulis?
Tidak ada.
12. Tempat pemasaran sayuran yang biasa Bapak lakukan adalah: ?
Lembaga pemasaran Alasan
Pedagang pengumpul : langsung datang ke tempat saya.
13. Berapa rata-rata sayuran yang Bapak jual kelembaga pemasaran dalam setiap kali pamasaran yang Bapak lakukan ? bisa sampai 50 kg jika pesanannya seperti itu. Sesuai yang diminta, lebihnya yah saya antar ke pasar atau untuk makan keluarga.

14. Apakah kesepakatan harga ditetapkan oleh petani dengan pihak pedagang atau pedagang saja ?
Pihak tauke.
15. Jika harga singkong ditetapkan pleh pedagang saja, maka harga singkong ditingkatkan sesama pedagang kemungkinan besar berbeda-beda. Apakah bapak tidak merasa dirugikan ? namanya juga petani, berapa yang dikasih ya segitu lah yang diterima, tapi selama ini saya tetap mendapat untung walaupun sedikit.
16. Bagaimana sistem pembayaran yang dilakukan oleh masing-masing lembaga pemasaran (Pedagang pengumpul dan Pedagang besar) dari singkong yang Bapak jual ?
Dibayar pada waktu tertentu sesuai dengan yang disepakati kedua belah pihak.
17. Apakah ada kriteria tertentu yang ditetapkan oleh lembaga pemasaran baik itu pedagang pengumpul maupun pedagang pengumpul besar pada singkong yang akan bapak pasarkan ? ada/tidak
Ya ada, harus besar-besar
Jika ada, bagaimana pengaruhnya terhadap harga singkong yang bapak jual ?
Kalau kecil, keuntungan saya juga kecil.
18. Apakah ada kendala atau permasalahan yang bapak hadapi dalam pemasaran sayuran ? ada/tidak
Jika ada jelaskan ! kita petani ya jangan neko-neko, yang penting bisa makan.

C. HUBUNGAN PATRON-KLIEN (TAUKE-PETANI SAYURAN)
1. Bagaimana awal mula terjadinya penjualan dengan Tauke yang bersangkutan ?
Petani yang menemui tauke dan memintanya menjadi langganan tetap.
2. Mengapa bapak mau menjual singkong kepada tauke yang bersangkutan ?
Karna ibu itu yang selalu datang ke tempat saya. Dari pada harus nyari nyari lagi.
4. Mengapa bapak tidak mau menjual singkong ke tauke yang lain ? ya sudah biasa ke ibu itu, jika hasilnya lebih dari yang diminta baru saya taruh di pasar.
5. Apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan dari saluran pemasaran (Tauke tempat bapak menjual singkong) dengan tauke lainnya ? ya gak tahu, saya Cuma jual ke ibu itu, selama ini ada yang datang juga, sistemnya ya sama, setengah bayar dimuka, nanti sisanya di belakang.
6.Selain menjual singkong apa ada transaksi yang bapak lakukan dengan tauke tempat bapak menjualan sayuran seperti
Pinjaman uang

Bonus makanan ketika hari besar.
7. Apa ada hubungan bapak dengan tauke sayuran tempat bapak menjual hasil panen sayuran ?
Tidak
8. Jika bapak terdesak akan uang atau kebutuhan lainnya, apakah tauke siap membantu ? Iya, tapi saya Cuma berani minjam uang hanya untuk mengolah tanaman singkong, misalnya beli pupuk. Ya namanya petani, minjam uang modal.
9. Selain menjual singkong kepada tauke, bantuan apa yang bapak berikan kepada tauke ? ada, daun singkong.






















KUISIONER
HUBUNGAN PATRON-KLIENPETANI
DAN PEDAGANG (TAUKE)
No. Sampel : 1b
Tgl Survey : 27 April 2012
Kecamatan : Pantai Raja
Desa/Kel : Maharatu
RT/RW : 001/001

A.IDENTITAS RESPONDEN
1.Nama : Manaf
2.Jenis Kelamin : Laki-laki
3.Umur : 45 Tahun
4.Pendidikan formal : SD
5.Pekerjaan Tetap : Tani
6.Luas Lahan Kebun Sayuran : 1 ½ hektar
7.Pengalaman Berusaha Tani Sayuran : 10 tahun
8.Pekerjaan Sampingan : -
9.Identitas anggota keluarga lainnya :



No. Nama Jenis Kelamin Umur (thn) Hubungan dengan kepala rumah tangga
1 Wati Perempuan 40 Istri
2 Dewi Perempuan 13 Anak
3 Susi Perempuan 10 Anak

B.SALURAN PEMASARAN SAYURAN POLA SWADAYA
1. Tahun berapa bapak mulai menanam sayuran?
Tahun 2002
2. Modal awal pembukaan tanaman sayuran ?
3. Jenis bibit yang digunakan waktu penanaman awal ?
Bibit umbi biasa, namanya juga modal pas-pasan.
4. Umur tanaman sayuran ?
7 bulan-10 bulan.
5. Berapa kali dalam setahun bapak melakukan panen sayuran?
Paling banyak setahun itu Cuma bisa dua kali.
6. Bagaimana sistem penimbangan sayuran yang bapak lakukan ?
a. Setiap kali panen, ya per kilogram.
7. Tenaga kerja panen yang bapak gunakan ?
Tenaga kerja Alasan
b. Dalam keluarga : dari keluarga saja sudah cukup. Lahan Cuma sedikit.
c. Dari luar keluarga/upah :
8. Tanggapan bapak terhadap Tauke Sayuran tempat bapak menjual hasil panen ?
Baik, bertanggung jawab.
9. Tanggapan bapak petani terhadap koperasi ? yang saya dengar dari teman-teman, kalau pinjam uang ke koperasi bunganya besar.
10. Tanggapan bapak terhadap kelompok tani sayuran ? saya tidak masuk, tidak ada gunanya masuk kelompok tani itu.
11. Apa ada kontrak kerja dengan Tauke secara tertulis?
Tidak ada.
12. Tempat pemasaran sayuran yang biasa Bapak lakukan adalah:
Lembaga pemasaran Alasan
a. Pedagang pengumpul : karena beliau sudah memesan langsung dari awal.
b. Pedagang besar :
c. Langsung kepada konsumen :
d. Lainnya : jika ada lebih singkong hasil panen, baru untuk pasar, saya antar langsung.
13. Berapa rata-rata sayuran yang Bapak jual kelembaga pemasaran dalam setiap kali pamasaran yang Bapak lakukan ?
30-35 Kg.
14. Apakah kesepakatan harga ditetapkan oleh petani dengan pihak pedagang atau pedagang saja ?
Harga ditetapkan oleh pedagang (tauke) sesuai harga pasaran.
15. Jika harga sayuran ditetapkan oleh pedagang saja, maka harga singkong ditingkatkan sesama pedagang kemungkinan besar berbeda-beda.
Apakah bapak tidak merasa dirugikan ? tidak, ibu nelmawati baik.
16. Bagaimana sistem pembayaran yang dilakukan oleh masing-masing lembaga pemasaran (Pedagang pengumpul dan Pedagang besar) dari singkong yang Bapak jual ? sistemnya pesan dulu, bayar setengah dimuka, nanti tambahannya di akhir. Kalau punya modal lebih, saya maunya tanam banyak banyak. Tapi nanti kalau tidak ada yang beli bagaimana. Jadi saya tanam sesuai pesanan saja.
a. Dibayar pada waktu tertentu sesuai dengan yang disepakati kedua belah pihak. Sebenarnya saya mau di akhir saja, karena terkadang harga bisa naik kapan saja. Tetapi pedagang maunya seperti itu, ya sudah kita turuti saja.
17. Apakah ada kriteria tertentu yang ditetapkan oleh lembaga pemasaran baik itu pedagang pengumpul maupun pedagang pengumpul besar pada singkong yang akan bapak pasarkan ? ada/tidak
Ada, harus besar besar, karena ini untuk kripik singkong kering, jadi jika semakin besar semakin bagus keripiknya.
Jika ada, bagaimana pengaruhnya terhadap harga sayuran yang bapak jual ? kalau kecil-kecil tidak dibeli, jadi pembayaran terakhirnya sedikit. Yang kecil-kecil terpaksa saya antar ke psara saja.

18. Apakah ada kendala atu permasalahan yang bapak hadapi dalam pemasaran sayuran ? ada/tidak (tidak ada)
Jika ada jelaskan.
C. HUBUNGAN PATRON-KLIEN (TAUKE-PETANI SAYURAN)
1. Bagaimana awal mula terjadinya penjualan dengan Tauke yang bersangkutan ?
Tauke langsung ke tempat saya.
2. Mengapa bapak mau menjual sayuran kepada tauke yang bersangkutan ? karena beliau yang memesan langsung.
3. Faktor-faktor apa saja yang mengakibatkan bapak bapak mau menjual singkong ke tauke yang bersangkutan ? karena beliau yang memesan dengan jaminan ada uang mukanya.
4. Mengapa bapak tidak mau menjual sayuran ke tauke yang lain ?
Tauke yang lain saya tidak tahu.
5. Apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan dari saluran pemasaran (Tauke tempat bapak menjual sisngkong) dengan tauke lainnya ?
Kelebihannya: beliau konsisten dengan perjanjian yang diadakan.
6.Selain menjual singkong apa ada transaksi yang bapak lakukan dengan tauke tempat bapak menjualan sayuran seperti
Pinjaman uang. Tidak pernah.
7. Apa ada hubungan bapak dengan tauke sayuran tempat bapak menjual hasil panen sayuran ? Tidak ada.
8. Jika bapak terdesak akan uang atau kebutuhan lainnya, apakah tauke siap membantu ? saya tidak pernah pinjam uang ke tauke.
9. Selain menjual sayuran kepada tauke, bantuan apa yang bapak berikan kepada tauke ? Tidak ada.



















B. Hubungan Patron-Klien yang Kedua


KUISIONER HUBUNGAN PATRON-KLIEN PETANI DAN PEDAGANG (TAUKE)
No. sampel :2
Tgl. Survey :28 april 2012
Kecamatan :siak hulu
Desa/kel :Pandau Permai
RT/RW :02/08
A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama : Dhani siregar
2. Jenis Kelamin : Pria
3. Umur : 48 Tahun
4. Pendidikan Formal : SLTA
5. Pekerjaan Tetap : Tauke
6. Jumlah Petani Yang Menjual sayur ke Tauke : 3 orang petani
7. Pengalaman Berusaha (Tauke) : sudah 2 tahun
8. Pekerjaan Sampingan : menjual gorengan
9. Identitas Anggota Keluarga Lainnya :

No. Nama Jenis Kelamin Umur (thn) Hubungan dengan kepala rumah tangga
1 Desi Perempuan 44 Istri
2 sutan Laki-Laki 19 Anak
B. SALURAN PEMASARAN SAYUR POLA SWADAYA
1. Tanggapan bapak terhadap petani singkong tempat bapak menjual hasil panen:
• Petani mau-tidak mau menuruti harga yang ditetapkan pasar.
2. Tanggapan Bapak terhadap koperasi:
• tidak begitu membantu petani. Karena petani pun tidak tahu banyak tentang kegunaan koperasi.
3. tanggapan bapak terhadap kelompok tani singkong swadaya:
• sudah sesuai yang diharapkan.
4. Apakah penetapan harga singkong tersebut berdasarkan kesepakatan bapak dengan petani atau mengikuti harga yang ditetapkan oleh pedagang pengumpul lainnya?
• Mengikuti harga yang ditetapkan oleh pedagang lain.
5. Tempat pemasaran sayur yang biasa bapak lakukan adalah?
a. pedagang besar : pasar kodim.
b. konsumen : sekiat rumah juga bisa.
alasannya pemilihan tempat memasarkan singkong: karena cuma didaerah sanalah saya biasa mengantarnya.
6. Berapa rata-rata banyak sayur yang akan bapak setorkan ke pedagang besar:
Lembaga Jumlah
a.pedagang pengumpul/besar : 40 kg
b. konsumen ahir : 4 kg atau 10 kg
7.Apakah ada Kriteria tertentu yang bapak tetapkan kepada singkong yang akan dijual oleh petani?
• Tidak ada
Jika ada, jelaskan criteria itu seperti apa dan bagaimana penetapan harga pada tiap criteria sayur yang berbeda?

8. Apakah ada ketetapan dari bapak jumlah minimal banyak kg yang akan dijual oleh petani maupun pedagang pengumpul?Ya/Tidak
Jika iya apa alasannya
• tidak
9. Bagaimana sistem pembayaran yang Bapak lakukan dalam pembelian/pengambilan sawit dari petani?
Berapa yang laku terjual dari saya ke pasar, segitu yang saya bayarkan ke petani.
10. Berapa frekuensi penyetoran singkong yang bapak lakukan?
setiap kali panen
• Alasannya: karena pihak petani akan menjual langsung jika sudah panen, jadi saya hanya perlu jemput ke lokasi panen.
11.Tenaga kerja yang digunakan?
Buruh harian lepas(BHL)
alasannya: tanggung jawabnya dari penanaman dan pemanennan
12. Berapa rata-rata jumlah tenaga kerja yang bapak gunakan untuk setiap kali pengangkutan sawit dari petani hingga ke tempat penjualan?
• Ada, karena saya punya anak yang bisa bantu saya.
13. sistem gaji yang diterapkan untuk setiap pekerja?
Tidak ada.
14. Besarnya gaji yang didapat untuksetiap pekerja/orang dalam setiap kali pemasaran/ pengangkutan sayur (hari/bulan/setiap kali pengangkutan)

C. HUBUNGAN PATRON-KLIEN(TAUKE-PETANI SAYUR)
1. Bagaimana awal mula terjadinya penjualan antara bepak dengan petani singkong?
• Saya yang mencari penjual singkong untuk disalurkan ke pasar.
2. apa ada kontrak kerja dengan petani secara tertulis ( petani harus menjualnya singkongnya kepada bapak)
• Tidak ada kontrak.
3. jika petani terdesak uang apa bapak mau membantu meminjamkan uang
• Iya,mau jika sudah mengenalnya dengan baik.
5. bagaimana sistem pembayaran yang dilakukan
• Saya bayar setelah saya membawa hasil panen ke pasar.
6. bantuan/pinjaman apa saja yang bapak berikan kepada petani singkong yang ,menjual sayurnya ke bapak?
a.bantuan/pinjaman untuk pendidikan : tidak ada
b. bantuan/pinjaman untuk pupuk : ada
c. bantuan/pinjaman uang : ada
d.bonus THR : ada seperti minuman kaleng
7. dengan diberikan bantuan/pinjaman kepada petani.maka dengan demikian petani diharuskan menjual singkongnya kepada bapak?Ya/Tidak. Jika ya,tetapi ternyata petani tidak menjual singkongnya kepada bapak konsekwensinya, bagaimana
• Ya itu hak petani, tetapi biasanya jika panen petani memberikan kepada saya, saya tidak tahu jika ada tauke yang lain kesini.
8. untuk mengikat atau menarik minat petani agar tetap menjual singkong kepada bapak, apa saja langkah-langkah yang bapak lakukan
• Rajin mengunjungi kebun singkong petani itu.





KUISIONER
HUBUNGAN PATRON-KLIENPETANI
DAN PEDAGANG (TAUKE)
No. Sampel : 2a
Tgl Survey : 28 April 2012
Kecamatan : Siak Hulu
Desa/Kel : Pandau Permai
RT/RW : 02/ 08

A.IDENTITAS RESPONDEN
1.Nama : Abbas Simatupang
2.Jenis Kelamin : Laki-laki
3.Umur : 65 Tahun
4.Pendidikan formal : SMA
5.Pekerjaan Tetap : Tani
6.Luas Lahan Kebun Sayuran : ½ hektar
7.Pengalaman Berusaha Tani Sayuran : 5 tahun
8.Pekerjaan Sampingan : -
9.Identitas anggota keluarga lainnya :
No. Nama Jenis Kelamin Umur (thn) Hubungan dengan kepala rumah tangga
1 Beta simatupang Perempuan 24 Anak
2 Heri Janit Laki-laki 27 Menantu
3. Nauvan Laki-laki 2 Cucu
Caca perempuan 1,4 Cucu
B.SALURAN PEMASARAN SAYURAN POLA SWADAYA
1. Tahun berapa bapak mulai menanam singkong?
Tahun 2006
2. Modal awal pembukaan tanaman singkong ?
Modal dari kelompok tani
3. Jenis bibit yang digunakan waktu penanaman awal? Bibit dari pemberian orang. Asalkan kita mau usaha.
4. Umur tanaman singkong ?
5-6 bulan.
5. Berapa kali dalam setahun bapak melakukan panen singkong?
Dalam setahun bisa dua kali.
6. Bagaimana sistem penimbangan sayuran yang bapak lakukan ?
b. Setiap hari c. Seminggu sekali
c. Setiap kali panen d. Lainnya
7. Tenaga kerja panen yang bapak gunakan ?
Tenaga kerja Alasan
Dalam keluarga (yaitu suami) : mengapa pula kita minta bantu orang lain. Keluarga saja bisa.
8. Tanggapan bapak terhadap Tauke Singkong tempat bapak menjual hasil panen ?
Dalam pembayaran ditentukan oleh tauke, kan beliau lebih tahu harga yang pasti di pasar.
9. Tanggapan bapak petani terhadap koperasi ?
Bagus bila ada koperasi, karena sangat membantu apabila butuh uang bisa minjam. Contohnya saya kemarin pinjam uang 2 kali.
10. Tanggapan bapak terhadap kelompok tani sayuran? Sudah pernah dapat bantuan saya ini.
11. Apa ada kontrak kerja dengan Tauke secara tertulis?
Tidak ada.
12. Tempat pemasaran sayuran yang biasa Bapak lakukan adalah:
Lembaga pemasaran Alasan
e. Pedagang pengumpul : kemana lagi kalau bukan ke pedagang pengumpul.
f. Pedagang besar : saya juga antar kesini. Biar cepat habis.
g. Langsung kepada konsumen : sisanya saya kasih ke konsumen yang langsung datang membeli ke lahan ini.
h. Lainnya :
13. Berapa rata-rata singkong yang Bapak jual kelembaga pemasaran dalam setiap kali pamasaran yang Bapak lakukan ?
15 kg. terkadang sampai 18 kg.
14. Apakah kesepakatan harga ditetapkan oleh petani dengan pihak pedagang atau pedagang saja ?
Kesepakatan bersama, tapi berpatokan pada harga pasaran juga.
15. Jika harga sayuran ditetapkan pedagang saja, maka harga sayuran ditingkatkan sesama pedagang kemungkinan besar berbeda-beda.
Apakah bapak tidak merasa dirugikan ? tidak.
16. Bagaimana sistem pembayaran yang dilakukan oleh masing-masing lembaga pemasaran (Pedagang pengumpul dan Pedagang besar) dari singkong yang Bapak jual ?
Langsung di bayar ditempat jika ada yang membeli.
17. Apakah ada kriteria tertentu yang ditetapkan oleh lembaga pemasaran baik itu pedagang pengumpul maupun pedagang pengumpul besar pada singkong yang akan bapak pasarkan ? ada/tidak
Jika ada, bagaimana pengaruhnya terhadap harga singkong yang bapak jual ?
Tidak ada.
18. Apakah ada kendala atu permasalahan yang bapak hadapi dalam pemasaran sayuran ? ada/tidak
Jika ada jelaskan

C. HUBUNGAN PATRON-KLIEN (TAUKE-PETANI SAYURAN)
1. Bagaimana awal mula terjadinya penjualan dengan Tauke yang bersangkutan ?
Berjumpa di pasar, lalu saya kasih alamat saya.
2. Mengapa bapak mau menjual singkong kepada tauke yang bersangkutan ?
Karena toke ini selalu bersedia membeli, walaupun tidak menentu jumlah yang dibeli.
3. Faktor-faktor apa saja yang mengakibatkan bapak bapak mau menjual singkong ke tauke yang bersangkutan ? sudah terbiasa, tidak punya kenalan lagi.
4. Mengapa bapak tidak mau menjuala sayuran ke tauke yang lain ?
Toke ini sudah langganan dan enak dalam pembayarannya.
5. Apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan dari saluran pemasaran (Tauke tempat bapak menjual singkong) dengan tauke lainnya ?
Kelebihannya : toke ini bertanggung jawab asal ada sayuran walaupun jelek ataupun cantik tetap mau membeli. Kekurangan : tauke ini mempertimbangkan harga yang saya tawarkan lagi jika harga yang beliau tetapkan terlalu rendah. Sehingga masih ada sedikit untung bagi saya.
6.Selain menjual sayuran apa ada transaksi yang bapak lakukan dengan tauke tempat bapak menjualan sayuran seperti

Bonus THR (kalau lebaran)
7. Apa ada hubungan bapak dengan tauke singkong tempat bapak menjual hasil panen singkong ? Tidak ada.
8. Jika bapak terdesak akan uang atau kebutuhan lainnya, apakah tauke siap membantu ? Iya, tetapi rasa sungkan itu ada, jadi saya Cuma berani pinjam uang dua kali.
9. Selain menjual singkong kepada tauke, bantuan apa yang bapak berikan kepada tauke ? saya juga menjual jagung, jantung pisang, tetapi singkong adalah produk utama.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEH HIJAU MINUMAN ALAMI (Esai 800 kata)

TEH ROSELLA KAYA MANFAAT (esai 1500 kata)

MAKALAH KEPEMIMPINAN OTOKRATIS