MAKALAH KEPEMIMPINAN OTOKRATIS
Kata pengantar
Puji
syukur Penulis ucapkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, serta rahmat-Nya
sehingga Penulis mampu merangkumkan makalah ini tepat pada waktunya.Dalam
penulisan makalah ini, penulis banyak dibantu oleh beberapa pihak yang telah
bekerja sama dan memberikan saran demi kebaikan makalah yang berjudul
“KEPEMIMPINAN OTOKRATIS” , Penulis mengucapkan terimakasih.
Adapun
pembuatan makalah ini untuk pemenuhan dalam mata kuliah Dasar-dasar Manajemen
di Fakultas Pertanian Universitas Riau. Diharapkan mahasiswa/mahasiswi memiliki
dasar pemikiran dan gagasan yang tepat dan beragam dalam topik yang kami
angkat.
Penulis
menyadari, bahwasanya dalam makalah ini pasti ditemukan kesalahan-kesalahan
dimata pembaca, karena Penulis menyadari bahwasanya tidak ada yang sempurna
hakikatnya di dalam kehidupan dunia. Diharapkan pembaca memberikan saran dan
kritik yang bersifat membangun, demi kebaikan dan kelancaran dalam pembuatan
makalah di masa yang akan datang. Sekian.
Pekanbaru, November 2011
Penulis
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Lembaga pendidikan membutuhkan
seorang pemimpin. Sebab pemimpin itulah sosok penggerak dan inspirator dalam
merancang dan mengerjakan kegiatan. Pemimpin tidak hanya seorang manajer, ia
juga harus seorang pembangun mental, moral spirit, dan kolektivitas kepada
jajaran bawahannya. Seorang pemimpin seyogyanya tidak hanya menggunakan aturan
tertulis, tapi juga sikap perilaku, sepak terjang, dan keteladanan dalam
melakukan agenda transformasi kearah yang lebih baik.
Dalam menjalankan kepemimpinan,
antara pemimpin satu dan lainnya tidaklah selalu sama bahkan berbeda. Sehingga
para pemipin mempunyai gaya kepemimpinan yang berbeda beda antara satu dengan
yang lainnya. Oleh karena itu perlu kiranya bagi seorang calon pemimpin
mengetahui tipe-tipe kepemimpinan supaya ia dapat mengetahui berbagai tipe dan
dapat menentukan tipe mana yang efektif dijalankan dalam sebuah lembaga
tertentu. Dan perlu kiranya mengetahu kepemimpinan yang sesuai dengan pendidikan.
Dalam paper ini kami akan membahas tentang tipe kepemimpinan otokratis.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun
masalah yang akan dijelaskan secara lengkap dalam makalah ini yaitu mengenai
Tipe Kepemimpinan Otokratis.
1.3 Tujuan
1.3.1
Untuk mengetahui pengertian dari tipe kepemimpinan otokratis
1.3.2
Untuk mengetahui ciri-ciri dari kepemimpinan otokratis
1.4 Kerangka Teori
A.
Tipe
– tipe kepemimpinan
Dalam
setiap realitasnya bahwa pemimpin dalam melaksanakan proses kepemimpinannya
terjadi adanya suatu permbedaan antara pemimpin yang satu dengan yang lainnya,
hal sebagaimana menurut G. R. Terry yang dikutif Maman Ukas, bahwa pendapatnya
membagi tipe-tipe kepemimpinan menjadi 6, yaitu :
- Tipe kepemimpinan pribadi (personal leadership). Dalam system kepemimpinan ini, segala sesuatu tindakan itu dilakukan dengan mengadakan kontak pribadi. Petunjuk itu dilakukan secara lisan atau langsung dilakukan secara pribadi oleh pemimpin yang bersangkutan.
- Tipe kepemimpinan non pribadi (non personal leadership). Segala sesuatu kebijaksanaan yang dilaksanakan melalui bawahan-bawahan atau media non pribadi baik rencana atau perintah juga pengawasan.
- TIpe kepemimpinan otoriter (autoritotian leadership). Pemimpin otoriter biasanya bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan-peraturan yang berlaku secara ketat dan instruksi-instruksinya harus ditaati.
- Tipe kepemimpinan demokratis (democratis leadership). Pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang terlaksananya tujuan bersama. Agar setiap anggota turut bertanggung jawab, maka seluruh anggota ikut serta dalam segala kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan, dan penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usahan pencapaian tujuan.
- Tipe kepemimpinan paternalistis (paternalistis leadership). Kepemimpinan ini dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat kebapakan dalam hubungan pemimpin dan kelompok. Tujuannya adalah untuk melindungi dan untuk memberikan arah seperti halnya seorang bapak kepada anaknya.
- Tipe kepemimpinan menurut bakat (indogenious leadership). Biasanya timbul dari kelompok orang-orang yang informal di mana mungkin mereka berlatih dengan adanya system kompetisi, sehingga bisa menimbulkan klik-klik dari kelompok yang bersangkutan dan biasanya akan muncul pemimpin yang mempunyai kelemahan di antara yang ada dalam kelempok tersebut menurut bidang keahliannya di mana ia ikur berkecimpung.
Selanjutnya
menurut Kurt Lewin yang dikutif oleh Maman Ukas mengemukakan tipe-tipe
kepemimpinan menjadi tiga bagian, yaitu :
- Otokratis, pemimpin yang demikian bekerja kerang, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan yang berlaku dengan ketat dan instruksi-instruksinya harus ditaati.
- Demokratis, pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang pelaksanaan tujuannya. Agar setiap anggota turut serta dalam setiap kegiatan-kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan dan penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usaha pencapaian tujuan yang diinginkan.
- Laissezfaire, pemimpin yang bertipe demikian, segera setelah tujuan diterangkan pada bawahannya, untuk menyerahkan sepenuhnya pada para bawahannya untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Ia hanya akan menerima laporan-laporan hasilnya dengan tidak terlampau turut campur tangan atau tidak terlalu mau ambil inisiatif, semua pekerjaan itu tergantung pada inisiatif dan prakarsa dari para bawahannya, sehingga dengan demikian dianggap cukup dapat memberikan kesempatan pada para bawahannya bekerja bebas tanpa kekangan.
Berdasarkan
dari pendapat tersebut di atas, bahwa pada kenyataannya tipe kepemimpinan yang
otokratis, demokratis, dan laissezfaire, banyak diterapkan oleh para
pemimpinnya di dalam berbagai macama organisasi, yang salah satunya adalah
dalam bidang pendidikan. Dengan melihat hal tersebut, maka pemimpin di bidang
pendidikan diharapkan memiliki tipe kepemimpinan yang sesuai dengan harapan
atau tujuan, baik itu harapan dari bawahan, atau dari atasan yang lebih tinggi,
posisinya, yang pada akhirnya gaya atau tipe kepemimpinan yang dipakai oleh
para pemimpin, terutama dalam bidang pendidikan benar-benar mencerminkan
sebagai seorang pemimpinan yang profesional.
- C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Pemimpin Dalam Manajemen Pendidikan
Dalam
melaksanakan aktivitasnya bahwa pemimpin dipengaruhi oleh berbagai macam
faktor. Faktor-faktor tersebut sebagaimana dikemukakan oleh H. Jodeph Reitz
(1981)
- Kepribadian (personality), pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin, hal ini mencakup nilai-nilai, latar belakang dan pengalamannya akan mempengaruhi pilihan akan gaya kepemimpinan.
- Harapan dan perilaku atasan.
- Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan mempengaruhi terhadap apa gaya kepemimpinan.
- Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan mempengaruhi gaya pemimpin.
- Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku bawahan.
- Harapan dan perilaku rekan
Berdasarkan
faktor-faktor tersebut, maka jelaslah bahwa kesuksesan pemimpin dalam
aktivitasnya dipengaruhi oleh factor-faktor yang dapat menunjang untuk
berhasilnya suatu kepemimpinan, oleh sebab itu suatu tujuan akan tercapai
apabila terjadinya keharmonisan dalam hubungan atau interaksi yang baik antara
atasan dengan bawahan, di samping dipengaruhi oleh latar belakang yang dimiliki
pemimpin, seperti motivasi diri untuk berprestasi, kedewasaan dan keleluasaan
dalam hubungan social dengan sikap-sikap hubungan manusiawi.
Selanjutnya
peranan seorang pemimpin sebagaimana dikemukakan oleh M. Ngalim Purwanto,
sebagai berikut :
- Sebagai pelaksana (executive)
- Sebagai perencana (planner)
- Sebagai seorangahli (expert)
- Sebagai mewakili kelompok dalam tindakannya ke luar (external group representative)
- Sebagai mengawasi hubungan antar anggota-anggota kelompok (controller of internal relationship)
- Bertindak sebagai pemberi gambaran/pujian atau hukuman (purveyor of rewards and punishments)
- Bentindak sebagai wasit dan penengah (arbitrator and mediator)
- Merupakan bagian dari kelompok (exemplar)
- Merupakan lambang dari pada kelompok (symbol of the group)
- Pemegang tanggung jawab para anggota kelompoknya (surrogate for individual responsibility)
- Sebagai pencipta/memiliki cita-cita (ideologist)
- Bertindak sebagai seorang aya (father figure)
- Sebagai kambing hitam (scape goat)
Berdasarkan
dari peranan pemimpin tersebut, jelaslah bahwa dalam suatu kepemimpinan harus
memiliki peranan-peranan yang dimaksud, di samping itu juga bahwa pemimpin
memiliki tugas yang embannya, sebagaimana menurut M. Ngalim Purwanto, sebagai
berikut :
- Menyelami kebutuhan-kebutuhan kelompok dan keinginan kelompoknya.
- Dari keinginan itu dapat dipetiknya kehendak-kehendak yang realistis dan yang benar-benar dapat dicapai.
- Meyakinkan kelompoknya mengenai apa-apa yang menjadi kehendak mereka, mana yang realistis dan mana yang sebenarnya merupakan khayalan
Tugas
pemimpin tersebut akan berhasil dengan baik apabila setiap pemimpin memahami
akan tugas yang harus dilaksanaknya. Oleh sebab itu kepemimpinan akan tampak
dalam proses di mana seseorang mengarahkan, membimbing, mempengaruhi dan atau
menguasai pikiran-pikiran, perasaan-perasaan atau tingkah laku orang lain.
Untuk
keberhasilan dalam pencapaian suatu tujuan diperlukan seorang pemimpian yang
profesional, di mana ia memahami akan tugas dan kewajibannya sebagai seorang
pemimpin, serta melaksanakan peranannya sebagai seorang pemimpin. Di samping
itu pemimpin harus menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan bawahan,
sehingga terciptanya suasana kerja yang membuat bawahan merasa aman, tentram,
dan memiliki suatu kebebsan dalam mengembangkan gagasannya dalam rangka
tercapai tujuan bersama yang telah ditetapkan.
- Hal – hal yang harus di miliki oleh seorang pemimpin
Meskipun
dikalangan para ahli persyaratan pemimpin belum disepakati sepenuhnya namun ada
sejumlah sifat-sifat kepribadian yang perlu dimiliki para memimpin
-
Pendidikan umum yang luas
-
Kematangan mental
-
Sifat ingin tahu
-
Kemampuan analitis
-
Memiliki daya ingat yang kuat
-
Integrative. Seorang wirausaha harus memiliki kepribadian terpadu tidak
terpecah-pecah yang membuat dia terombang-ambing
-
Keterampilan berkomunikasi
-
Keterampilan mendidik. Seorang wirausaha harus mampu memberi petunjuk dan
mendidik para karyawan dalam beberapa hal yang berhubungan dengan pekerjaan
-
Rasional dan objektif. Pemikiran-pemikiran, kesimpulan dan keputusan yang
diambil oleh seorang wirausaha harus berlandaskan pada pemikiran-pemikiran
sehat, rasional dan objektif, tidak pilih kasih dan tidak emosional
-
Pragmatisme. Keputusan-keputusan seorang wirausaha harus dibuat sesuai
kemampuan dan sumber daya yang tersedia
-
Ada naluri
prioritas. Berhubungan terbatasnya sumber daya yang tersedia maka seorang
wirausaha harus mampu menetapkan skala prioritas apa yang harus dikerjakan
lebih dulu
-
Pandai mengatur waktu. Seorang wirausaha harus mampu bertindak cepat dan tepat
dan mempertimbangkan waktu secara efisien
-
Sifat keberanian
-
Kemampuan mendengar. Seorang wirausaha harus mampu menggali .informasi dan
mendengar apa ide dan keinginan dari para karyawannya
BAB 2 PEMBAHASAN
Otokrasi adalah suatu bentuk
pemerintahan yang kekuasaan politiknya dipegang oleh satu orang. Istilah
otokrasi berasal dari bahasa yunani. Istilah otokratis berasal dari dua kata
yaitu: autos dan kratos. Autos berarti sendiri atau diri pribadi, kratos adalah
kekuasaan atau kekuatan. Jadi otokratis berarti berkuasa sendiri secara mutlak
(centre of authority). Kepemimpinan otokratis merupakan kepemimpinan yang
dilakukan oleh seorang pemimpin dengan prilaku otoriter.
Pemimpin otoriter (dictator) dalam
praktik memimpin ia mengutamakan kekuasaan (power). Seorang pemimpin bertipe
otokratis menganggap dirinya adalah segala-galanya. Egonya kokoh menyatakan
dirinya adalah pusat kekuasaan dan kewenangan, sehingga ia berhak menjadikan
anak buah sesuai dengan kehendaknya, bawahan tidak boleh membantah atau
mengajukan saran. Kekuasaan pemimpin yang otokratis hanya dibatasi oleh
undang-undang. Pemimpin jenis otokratis biasanya sangat perhatian terhadap
efisiensi dan efektivitas kerja, tetapi meninggalkan perhatian pada peran anak
buah dalam satu kesatuan gerak guna keberhasilan kepemimpinannya. Pemimpin yang
otokratis tidak menghendaki rapat-rapat atau musyawarah. Setiap perbedaan
pendapat diantara para bawahannya diartikan sebagai kepicikan, pembangkangan,
atau pelanggaran disiplin terhadap perintah atau instruksi. Ciri-ciri
kepemimpinan otokratis antara lain:
1. Memegang kewenangan mutlak (bersikap
adigang, adigung, dan adiguna).
2. Kuasa dipusatkan pada diri pemimpin
( aji mumpung).
3. Merumuskan ide sendiri, rencana dan
tujuan.
4. Memilih kebijakan sendiri.
5. Menetapkan keputusan sendiri.
Perilaku seorang pemimpin otokratis
tampak dari kegiatannya memimpin anak buah. Perilaku itu akan menunjukkan tipe
kepemimpinannya antara lain yaitu:
1. Mempraktekkan komunikasi satu arah
(one way traffic of communication).
2. Pengawasan kepada anak buah ketat.
3. Saran, pertimbangan, pendapat dari
bawahan tertutup sama sekali.
Sikap tipe perilaku otokratis jika
menghadapi bawahan:
1. Mementingkan tugas dibandingkan
pendekatan kemanusiaan.
2. Memaksa bawahan untuk patuh dan
menuntut kesetiaan mutlak.
3. Memaksa, mengancam, menghukum atau
mengintimidasi kepada anak buah.
4. Serba intruksi dan perintah.
5. Kasar dalam fikiran, perasaan dan
perbuatan.
6. Kaku dalam pergaulan terutama kepada
anak buah.
7. Mencari perhatian keatasan kalau ia
memimpin tingkat Lini dan Menengah.
8. Lebih banyak kritik dari pada memuji
bawahan.[1]
BAB 3 KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Tipe kepemimpinan otokratis adalah kepemimpinan yang sama
dengan tipe otoriter, yang mana dari kepemimpinan ini, bawahan tidak berhak
menyampaikan saran, pendapat, dan kritik. Dalam kepemimpinan ini seorang
pemimpin menganggap dirinya adalah segala-galanya yang memiliki kekuasaan dan
kewenangan atas anak buah sesuai dengan kehendaknya.
Kepemimpinan
ini lebih identik dengan system satu orang yang berkuasa, yang berhak
menentukan kebijakan, berhak dalam mengambil keputusan terhadap suatu
permasalahan dalam organisasi. Kepemimpinan ini hanya dibatasi dengan
undang-undang saja.
3.2 Saran
Sebaiknya dalam memimpin suatu organisasi kita tidak
menggunakan tipe kepemimpinan otokrasi karena tipe ini hanya berpusat kepada
satu orang sehingga komunikasi antara bawahan dan atasan tidak berjalan lancar.
Sehingga dalam kepemimpinanpun jarang sekali tipe ini berhasil untuk memajukan
suatu organisasi atau perusahaan, karena pemimpin dalam tipe ini hanya
memperhatikan keputusannya sendiri, tanpa mendengarkan saran dan kritik dari
bawahan.
Referensi
Komentar
Posting Komentar