Makalah Profil Tani

.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur social dan proses-proses social, termasuk didalamnya perubahan-perubahan social. Lebih rinci lagi, social merupakan suatu ilmu pengetahuan kemasyarakatan yang kategoris, murni, abstrak, berusaha memberi pengertian-pengertian umum, rasional dan empiris, seta bersifat umum.
Sosiologi pertanian yaitu keseluruhan penduduk yang bertani tanpa memperhatikan tempat tinggal. Sosiologi pertanian memusatkan hampir semua perhatian pada petani dan permasalahan hidup petani, seperti organisasi pertanian, struktur pertanian, patron-klien, dalam masyarakat petani, posisi social petani dalam masyarakat dan masalah sosiologi pertanian. Permasalahan apa yang biasanya dihadapi oleh petani? Mahasiswa Agribisnis (Sosial Ekonomi Pertanian) harus bisa menganalisis sosiologi pertanian yang ada disekitarnya, maka dari itu pratikum ini dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah
1..Bagaimanakah hasil analisis data yang telah diperoleh dilapangan dituliskan kedalam bentuk tulisan atau laporan hasil kegiatan lapangan, oleh mahasiswa?


1.3 Tujuan Pratikum
1.Mahasiswa mengetahui cara-cara berinteraksi dengan petani dilapangan.
2.Mahasiswa dapat mengetahui konsep-konsep sosiologi pertanian yang telah diperoleh dibangku perkualiahan dengan keadaan sebenarnya di lapangan.
3.Mahasiswa dapat menganalisis data yang telah diperoleh dilapangan kedalam bentuk tulisan atau laporan hasil kegiatan lapangan.

1.4 Manfaat Pratikum
1.Untuk mengetahui cara-cara mahasiswa berinteraksi dengan petani dilapangan.
2.Untuk mengetahui konsep-konsep sosiologi pertanian yang telah diperoleh dibangku perkuliahan dengan keadaan sebenarnya dilapangan.
3.Untuk dapat menganalisa data yang telah diperoleh dilapangan kedalam bentuk tulisan atau laporan hasil kegiatan lapangan.











BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1 HASIL KUISIONER PROFIL TANI
I. Profil Petani
a. Nama : Poniran
b. Umur : 53 Tahun
c. Lama Pengalaman Berusahatani : 13 Tahun (1997-2012)
d. Jenis Komoditi yang diuasahakan : Kacang Tunggak, Kangkung, Bayam
Merah, (Dalam makalah ini Penulis mengutamakan informasi Komoditi Kacang Tunggak)
e. Pekerjaan Pokok : Berusaha tani sayuran, Pendapatan: Cukup
untuk makan dan Balik modal.
f. Pekerjaan Sampingan : Tidak ada, Pendapatan: Tidak ada.
g. Jumlah anggota keluarga : 5, Siapa saja, sebutkan: Anak ke-2,3,4 dan
seorang istri.
h. Motivasi berusaha tani : Untuk memenuhi kebutuhan dan
memberikan pendidikan sekolah untuk anak.
i. Pekerjaan sebelum menjadi petani :
j. Pekerjaan jika nanti tidak menjadi petani : Tidak ada.
k. Alasan tidak berusaha tani lagi :
l. Alasn tidak berusaha tani lagi :


II. Usahatani dan Keluarga tani
a. Luas lahan:
Jawab: “Kalau lahan ini luasnya 2 hektare, tapi yang aku olah sendiri sekitar ¼ hectare.”
b. Kepemilikan lahan: sendiri/sewa pinjam/ lain-lain: sebutkan
Jawab: “Lahan ini tidak minta bayar, atau sewa, yang penting kita mau kerja disini untuk kita sendiri”
c. Anggota Kelurga yang ikut terlibat dalam usaha tani, sebutkan:
Jawab: “Anak kerja buka usaha lain, Cuma Bapak sama istri saja.”
d. Apakah juga bekerja sebagai tenaga upahan di lahan orang lain? Ya/ Tidak
Jika Ya, berapa dibayar?
Jawab: “Tidak”
e. Apakah dalam berusahata tani menggunakan tenaga upahan? Ya/Tidak
Jika Ya, berapa dibayar upahannya?
Jawab: “Bapak disini kerja sendiri sama istri”
f. Apakah dari pekerjaan sebagai petani atau dari usaha yang dilakukan sudah dapat memenuhi kebutuhan keluarga? Ya/Belum
Jika belum, apa usaha yang dilakukan?
Jawab: “Ya, dicukup-cukupilah, kita namanya juga petani, yang penting bisa makan, anak kita bisa sekolah, gak pernah mintak siapa-siapa untuk makan. Makanya kita banyak bersyukur.”
g. Apakah menurut Bapak/Ibu berusaha tani merupakan usaha/pekerjaan yang dapat diharapkan dapat menghidupi keluarga?
Jika tidak kenapa?
h. Apakah berusahatani merupakan pekerjaan yang sudah turun-temurun dalam keluarga Bapak/Ibu? Ya/Tidak
Jika tidak, bagaimana proses sehingga Bapak/Ibu menjadi seorang petani?
Jawab: “Orang tua dulu juga bertani, tapi tani sawah di kampong, jadi waktu orang tua kesini, ikut orang tua kerja tani, gitu.”
i. Apakah menurut Bapak/Ibu menjadi petani sudah merupakan suatu kegiatan yang sudah biasa dilakukan? Ya/Tidak
Jawab: “Iya sudah biasa, dulu kan orang tua sendiri buka lahan juga, jadi sudah biasa.”
Jika tidak, apakah menurut Bapak/Ibu menjadi petani merupakan suatu pekerjaan yang berat?Ya/Tidak
Jika Ya, apakah Bapak/Ibu ada keinginan untuk pindah ke usaha lain? Ya/Tidak
Jawab: “Kalau ada modal, ya saya mau pindah ke usaha lain, tapi ini tidak ada modal, jadi tidak bisa berbuat apa-apa. Kita sudah tua, maunya kita tidak seperti ini terus.”
Jika Ya, usaha/pekerjaan apa?
Jawab: “Maunya kita tetap buka lahan, tapi ya gak saya yang ngerjain lahan ini. Maunya suruh orang untuk mengerjakan pekerjaan yang saya lakukan sekarang, tidak panas-panasan seperti ini.”
III. Kelembagaan dan Adopsi Inovasi
a. Apakah Bapak/Ibu ikut dalam kelompok tani? YA/Tidak
Jawab: “Tidak,”
Jika Ya, apa motivasi ikut kelompok tani?
Jika Tidak, Kenapa?
Jawab: “Sudah berapa tahun ikut kelompok tani, katanya ada bantuan dari pemerintah, tetapi saya gak pernah dapat, jadi saya sendiri saja, gak mau ikut itu lagi,”
b. Apakah Bapak/Ibu mengetahui tujuan menjadi anggota kelompok tani? Ya/Tidak
Jika Ya, apa yang Bapak/Ibu ketahui tentang tujuan mengikuti kelompok tani?
Jawab: “Kelompok tani itu kan untuk mendapatkan bantuan bibit yang bagus dari pemerintah, tapi saya gak pernah dapat.”
c. Apa manfaat yang Bapak/Ibu rasakan menjadi anggota kelompok tani?
Jawab: “Gak ada manfaat, saya mau bantuan tapi gak pernah dapat bantuan, justru yang kaya yang dapat bantuan, maunya pemerintah yag mau ngasih bantuan harus turun langsung ke petani untuk melihat mana yang bisa diberi bantuan mana yang sebenarnya sdah memeiliki modal cukup banyak.”
d. Dari mana saja biasanya Bapak/Ibu mendapatkan informasi tentang pertanian?
Jawab: “Kalau ada lahan, yasudah tinggal cangkul saja akhirnya bisa buka lahan, pandai sendiri saja. Perempuan atau laki-laki bisa kerja ini. Orangtua dulu bukan usaha ini, dulu usaha sawah di kampung. Yang penting ada air, Cuma nengok kawan kerja akhirnya tahu, buka lahan sayur ini gak sulit.”
Sumber informasi mana yang paling mudah Bapak/Ibu dapatkan?
Jawab: “Saya Cuma liat teman kerjasaja, jadi saya bisa, pandai-pandai sendiri untuk buka lahan, gak pernah dengar dengar dari penyuluhan.”
e. Apakah Bapak/Ibu mengikuti kegiatan penyuluhan? Ya/Tidak
Jika Tidak, Kenapa?
Jawab: “Tidak pernah mau ikut penyuluhan lagi, kalau ikut penyuluhan itu Cuma dapat nasi rames.
Jika Ya, Kenapa?
f. Apakah penyuluh telah menyampaikan informasi yang Bapak/Ibu butuhkan tentang usahatani yang diusahakan? Ya/Tidak
Jawab: “Saya tidak pernah datang, kalaupun datang ya karena disuruh datang, Cuma duduk.”
Jika Tidak, apa usaha yang Bapak/Ibu lakukan untuk mendapatkan informasi tentang pertanian yang Bapak/Ibu butuhkan?
Jawab: “Pandai-pandai sendiri dalam mengolah

g. Bagaimana cara Bapak/Ibu memasarkan hasil usahatani?
Jawab: “Kalau sudah panen, nanti tokek sayur akan jemput sendiri ke lahan ini langsung, saat kita panen.”
h. Apakah cara pemasaran masih belum seperti yang diharapkan? Ya/Tidak
Jawab: “Mau bagaimana lagi, ya memang begitu ketentuannya, jadi ketika toke jemput sayuran saat kita panen, sayuran itu dijual misalnya satu ikat modalnya Rp. 500, hasil penjualan itu yang dibarkan ke kita.”
Jika Ya, cara pemasaran seperti apa yang Bapak/Ibu Inginkan?
Jawab: “Kita gak pernah neko-neko tentang hasil penjualan, yang penting laku.”

i. Apakah ada lembaga atau pihak lain yang Bapak /Ibu butuhkan dalam memenuhi kebutuhan usahatani? Ya/Tidak
Jawab: “Ya saya berharap, tapi walaupun kita berharap, pemerintah gak pernah ngasih bantuan kita disini, jadi untuk berangan-angan sudah malas, tapi kalau ada yang mau memberikan bantuan. Tentu kita terima. Gak dibantu juga gak apa apa, kita Cuma bisa bersyukur.”
Jika Ya, Lembaga apa atau pihak mana?
Jawab: “Ya pemerintah.”

IV. Permasalahan dalam usahatani dan Dinamika Usahatani
a.Permasaalahan apa saja Bapak/Ibu hadapi dalam usahatani?
Jawab: “Kalau hujan terus-terusan, jadi gagal tanamannya, harus dicabut lagi, di cangkul lagi, ditanam lagi. Kalau kemarau gak apa apa, justru sayurnya bagus-bagus, kemarau itu bisa disiram dengan airkarena air kan banyak disini.”
b.Apa usaha yang Bapak/Ibu lakukan untuk mengatasinya?
Jawab: “Kalau parah, ya dicangkul lagi, ditanam lagi, gak bisa lagi diatasi.”
c.Faktor apa yang paling berpengaruh bagi Bapak/Ibu dalam memutuskan sesuatu tentang usahatani yang sedang diusahakan”
Jawab: “Iklim sangat berpengaruh kalau buka lahan sayuran seperti ini, pupuk juga tapi pupuk tidak terlalu berpengaruh. Kemudian memilih kacang tunggak karena mudah dalam penanamannya, cepat masa panennya, Cuma membutuhkan waktu dua bulan.”
Kenapa factor itu?
Jawab: “Karena hujan itu gak bisa dicegah, jadi ya mau bagaimana lagi.”

2.2 Pembahasan
Dalam hasil wawancara Penulis dengan Bapak Poniran diatas, permasalahan yang ada yaitu kurangnya kesejahteraan beliau sebagai petani dalam membuka usahatani tersebut, tidak ada pilihan lain bagi petani untuk membuka usaha lain, keterbatasan informasi mengenai pentingnya kelompok tani, tujuan dari pembentukan kelompok tani, manfaat dari kelompok tani, kurangnya minat untuk mendengarkan penyuluhan, system pemasaran yang membuat petani hanya menerima penghasilan yang pas-pasan, tidak ada bantuan dari lembaga Pertanian yang dirasakan, permasalahan iklim, inilah keseluruhan permasalahan yang dialami Pak Poniran sebagai petani di Indonesia. Berikut akan dijelaskan secara lebih rinci satu-persatu.

a. Kurangnya kesejahteraan petani dalam berusahatani
Kurangnya kesejahteraan petani dalam melaksanakan usahatani dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya, penghasilan dari penjualan hasil panen tidak mampu meraih laba yang besar, disini petani hanya menerima apa yang diberikan oleh Toke, tanpa adanya tawar menawar mengenai harga yang diberikan, sehingga ketika petani hanya menerima hasil penjualan yang hanya cukup untuk membeli bibit, pupuk, kebutuhan pangan, dan kebutuhan pendidikan anak-anaknya tanpa adanya tabungan atau sisa dari pengeluaran tersebut, sehingga kehidupan petani disini hanya berkutat pada keadaan yang sama tanpa adanya peningkatan status.
Kemudian faktor lain dari permasalahan ini yaitu petani tidak mampu memperhitungkan secara pasti mengenai modal yang telah digunakan, laba yang ingin diraih karenan system pemasaran yang masih belum memuaskan bagi petani, dan kurangnya ilmu pengetahuan petani dalam bidang hal management, karena petani membuka lahan hanya bermodalkan tekat dan ilmu didalam hal tani berdasarkan melihat teman dalam membuka lahan tani, serta modal yang pas-pasan.
b. Keterbatasan informasi mengenai pentingnya Kelompok Tani
Kelompok tani secara tidak langsung dapat dipegunakan sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan produktivitas usaha tani melaui pengelolaanusaha tani secara bersamaan. Kelompok tani juga digunakan sebagai mediabelajar organisasi dan kerja sama antar petani. Dengan adanya kelompok tani, para petani dapat bersama-sama memecahkan permasalahan yang antara lain berupa pemenuhan sarana produksi pertanian, teknis produksi pertanian dan pemasaran hasil.
Kelompok tani sebagai wadah organisasi dan bekerja sama antar anggota mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat tani, sebab segala kegiatan dan permasalahan dalam usaha tanidilaksanakan oleh kelompok secara bersamaan. Melihat potensi tersebut, maka kelompok tani perludibina dan diberdayakan lebih lanjut agardapat berkembang secara optimal. pentingnya pembinaan petani dengan pendekatan kelompok tani juga dikemukaakn oleh Mosher (1968) dalam Djiwandi (1994) bahwa salah satu syarat pelancar pembangunan pertanian adalah adanya kegiatan petani yang tergabung dalam kelompok tani. Mengembangkan kelompok tani menurut Jomo (1968) dalam Djiwandi (1994) adalah berarti membangun kemauan, dan kepercayaan pada diri sendiri agar bisa terlibat secara aktif dalam pembangunan. Disamping itu agar mereka dapat bergerak secara metodis, berdayaguna, dan terorganisir. Suau gerakan kelompok taniyang tidak terorganisi dan tidak mengikuti kerjasama menurut pola-pola yang maju, tidak akan memecahkan problem-probem yang idhadapi petani.
Kelompok tani, menurut Deptan RI (1980)dalam Mardikanto (1996)diartikan sebagai kumpulan orang-orang tani atau petani, yang terdiri atas petani dewasa (pria/wanita) maupun petani taruna (pemuda/i), yang terikat secara informal dalam suatu wilayah. Keuntungan dalam Kelompok Tani yaitu:
 Semakin eratnya interaksi dalam kelompok dan semakin terbinanya kepemimpinan kelompok.
 Semakin terarahnya peningkatan secara cepat tentang jiwa kerjasama antar petani.
 Semakin cepatnya proses difusi penerapan inovasi atau teknologi baru.
 Semakin naiknya kemampuan rata-rata pengembalian hutang petani.
 Semakin meningkatnya orientasi pasar, baik yang berkaitan dengan masukan (input) atau produk yang dihasilkan.
Tujuan dari kelompok tani itu sendiri yaitu:
 Meningkatkan pengetahuan, keterampila dan sikap petani serta aparatur tentang pertanian organic.
 Mewujudkan kelembgaan petani dan aparatur sebagai basisi kegiatan petani dan aparatur.
 Meningkatkan produksi melaui inovasi teknologi dengan memperhatikan kelestarian sumber daya alam.
 Meningkatkan infrastruktur penunjang usaha tani memfasilitasi penguatan modal bagi petani dan memfasilitasi pemsaran hasil prosuksi petani, untuk mendapatkan harga yang layak.
Jadi, jika petani bergabung didalam kelompok tani, tidak akan ada yang namanya petani mengalami kerugian atas hasil penjualan yang tidak sesuai dengan modal yang telah digunakan, tetapi para petani tidak mengetahui fungsi dari kelompok tani, seperti Pak Poniran, beliau hanya berfikiran bahwasanya kelompok tani hanya untuk pemberian bantuan dari pemerintah secara Cuma-cuma.
c. Kurangnya minat untuk mendengarkan penyuluhan
Kita mengetahui penyuluhan yang ada disekitar petani, pastilah demi kebaikan kesejahteraan petani dalam membudidayakan lahan usahatani mereka. Tetapi petani terkadang berfikir penyuluhan yang disampaikan tidak mendapatkan manfaat apa apa. Disini penulis melihat dari dua sudut pandang, dari minat petani yang kurang untuk mendengarkan penyuluh dan dari segi penyuluh yang tidak mampu berkomunikasi dengan baik kepada para petani sehingga petani enggan untuk mendengarkan penyuluh ketika penyuluhan yang lain di lain waktu datang kedaeran para petani. Jika saja petani mau mendengarkan penyuluhan tentang pertanian, dan petani menerapkan dalam usahatani otomatis petani tahu bagaimana pengelolaan yang baik.
d. Pemberian bantuan dari pemerintah
Penyaluran Kredit Usahatani (KUT) dan program-program bantuan pemerintah untuk pertanian selalu disalurkan melalui kelompok tani. Hal ini lebih efisian.Konsekuensinya, semua desa harus membentuk kelompok tani untuk mendapat fasilitas layanan pemerintah. Semua petani secara otomatis dijadikan sebagai anggota kelompok.tidak mengherankan jika banyak petani yang tidak tahu mereka termasuk sebagai anggota kelompok apa dan siapa ketua kelompoknya. Efektivitas dari sebagian besar kelompok tani masih tergolong rendah. Dalam hasil survey diatas, Pak Poniran mengatakan, bahwasanya yang mendapatkan bantuan dari pemerintah bukanlah orang-orang yang benar-benar membutuhkan bantuan tersebut, melainkan bantuan tersebut jatuh ke tangan orang yang salah. Hal ini mungkin terjadi karena beberapa hal yaitu:
 Masih terbatasnya peran pengurus kelompok tani.
 Anggota kelompok yang tidak jelas.
 Struktur organisasi yang tidak lengkap dan tidak berfungsi.
 Kurangnya pembinaan dari aparat penyuluh.
 Pembentukan kelembagaan tersebut tidak dilakukan secara parttisipatif sehingga tidak dapat mengakomodasi potensi dan kepentingan petani, yang seharusnya menjadi modal untuk melakukan aksi kolektifnya.

e. Iklim
Permasalahan yang terakhir ini tidaklah terlalu berpengaruh bagi Pak Poniran, karena beliau melakukan usahatani di sumatera, yang mana iklim hujan yang terus-menerus jarang terjadi. Iklim disini, hanya dilihat dari segi hujan, (bagi Pak Poniran) beliau justru tidak terlalu berbahaya dengan musim kemarau di Sumatra ini, karena musim kemarau yang terjadi di sumatera ini tidaklah seperti music kemarau dalam arti didaerah Jawa, karena jika dijawa disana memang betul-betul kekeringan air disaat musim kemarau. Tetapi tidak begitu dengan sumatera.





BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas bahwasanya dapat diambil kesimpulan yaitu , petani umumnya melakukan usaha tani seacaara perorangan atau turun temurun dari keluarga. Pemerintah telah menyediakan bantuan bagi kelompok-kelompok tani agar lebih mensejahterakan kehidupannya, namun tidak semua mengikuti kelompok tani dikarenakan pengetahuan petani yang kurang. Kelompok tani sesungguhnya memiliki manfaat antara lain
• Semakin eratnya interaksi dalam kelompok dan semakin terbinanya kepemimpinan kelompok.
• Semakin terarahnya peningkatan secara cepat tentang jiwa kerjasama antar petani.
• Semakin cepatnya proses difusi penerapan inovasi atau teknologi baru.
• Semakin naiknya kemampuan rata-rata pengembalian hutang petani.
• Semakin meningkatnya orientasi pasar, baik yang berkaitan dengan masukan (input) atau produk yang dihasilkan.
Maka dari itu kelompok tani sangat berguna dan bermanfaat bagi petani-petani di Indonesia.


3.2 Saran
Pemerintah seharusnya melakukan penyuluhan kepada para petani tentang komoditi yang akan di tanam, agar para petani lebih mengerti dan mengetahui tentang komoditi yang di tanamnya. Pemerintah harus lebih aktif lagi dalam melakukan sosialisasi kepada petani dan juga pemerintah harus mengawasi dengan ketat penyaluran pupuk, bibit dan kebutuhan spetani untuk menanam.
Seabagai mahasiswa, hendaknya harus lebih berperan aktif dalam memperjuangkan nasib petani, dengan cara mengawasi dan melakukan tindakan berupa kegiatan penyuluhan-penyuluhan agar petani terbantu.



DAFTAR PUSTAKA

• http://turindraatp.blogspot.com/2009/11/organisasi-kelompok-tani.html
• Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. UNS Press. Surakarta
• http://eone87.wordpress.com/2009/12/02/pengertian-pengertian-kelompok-tani/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEH HIJAU MINUMAN ALAMI (Esai 800 kata)

TEH ROSELLA KAYA MANFAAT (esai 1500 kata)

MAKALAH KEPEMIMPINAN OTOKRATIS